Bencana alam memberikan pembelajaran untuk berpikir kreatif dengan ide-ide pengembangan dalam menangani bencana, maupun pasca bencana. Dalam konteks pembelajaran matematika, keterbatasan berbagai fasilitas akibat bencana dapat dieliminasi dengan mengintroduksikan pembelajaran matematika yang mengoptimalkan nilai-nilai budaya lokal. Pada hakikatnya pendidikan matematika formal merupakan suatu proses interaksi kebudayaan dan setiap peserta didik mengalami budaya dalam proses tersebut. Oleh karena itu, latar belakang budaya yang sarat dengan masalah kehidupan sehari-hari perlu terus digali dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika agar peserta didik dapat belajar sesuai dengan prior-knowledge dan terjadi assimilasi dalam struktur kognitifnya. Hal ini selaras dengan rumusan UNESCO (1998) tentang pendidikan dalam abad ke-21 terfokus pada 3 (tiga) kunci penting, yaitu: the curriculum, the quality of teaching, dan the effectiveness of paedagogy and method of work