STIGMATISASI PEMBERITAAN TERORISME DI MEDIA MASSA

view full text

Proses stigmatisasi di media massa melibatkan kerja redaksi yang berjalan secara terstruktur. Proses jurnalis mencari, memilah dan menuliskan fakta yang ditemui di lapangan menjadi awal dari proses tersebut. Kajian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis (critical discourse analysis) model Teun Van Dijk yang mneggunakan tiga model analisa yaitu teks, kognisi social dan konteks social. Penelitian dilakukan terhadap berita Kompas tentang terorisme yang dimuat pada bulan Juli-Oktober 2009. Pemberitaan Kompas tentang terorisme di Indonesia diturunkan dalam beberapa gagasan yang menjadi tema utama pemberitaan. Tema-tema pemberitaan tersebut adalah: keterkaitan antara terorisme dengan pemilu dan agama, kedudukan terorisme sebagai musuh bersama, keterlibatan pihak asing, penanganan yang tepat, dan dampak yang ditumbulkan dari aksi teror. Tema-tema pemberitaan tersebut dimanifestikan dalam berita yang diturunkan Kompas dalam bentuk berita utama (headline news), berita sekilas, feature, hasil jajak pendapat, foto, berita daerah dan tajuk rencana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stigmatisasi berita terorisme yang ditemukan dalam pemberitaan dipraktikkan dengan menggunaan bahasa yang mengarah pada stigmatisasi. Bentuk pertama stigma yang dberikan adalah Abominations of the body (ketimpangan fisik) yang muncul dalam stigmatisasi kelompok tertentu dengan tanda-tanda fisik yang melekat. Penyebutan ciri-ciri fisik tertentu dari pelaku teror yang menjadikan identitas tersebut melekat pada suatu kelompok dan akhirnya diterima sebagai ciri-ciri khas dari para pelaku teror. Sosok yang memelihara jenggot, berpakaian muslim, perempuan bercadar, dan celana di atas mata kaki menjadi contoh bagaimana ciri-ciri fisik dilekatkan pada pelaku teror. Nama dari para pelaku teror dikaitkan dengan ciri fisik yang melekat tersebut, seperti penyebutan Ahmad Jenggot. Bentuk kedua adalah Blemishes of individual character yang muncul dalam penyebutan perilaku yang dianggap menyimpang dari para pelaku teror. Sebagai contoh penyebutan tokoh masyarakat, panutan agama, dan orang baik yang kemudian diikuti dengan pernyataan yang menunjukkan mereka sebagai pelaku teror. Jenis ketiga adalah Tribal stigmas yang diberikan terhadap daerah Jawa Tengah yang diposisikan sebagai sarang teroris, dan memposisikan keluarga para teroris sebagai bagian dari aksi teror. Jenis tribal stigma merupakan varian yang paling banyak muncul dalam pemberitaan Kompas tentang terorisme.

Kategori :
Nama Jurnal : Jurnal Interaksi Magister Ilmu Komunikasi Undip Semarang, Vol 1 No 1 tahun 2012
ISSN :
Volume :
Nomor :
Halaman : s/d
Tahun : 2012
Peneliti : Mubarok,
Diunggah Tanggal : Jumat, 2013-12-27